Friday, October 15, 2010

A Note from ANTIBIOTIC 6

ANTIBIOTIC 6 (The Sixth Annual Training for Better Islamic Health Knowledge and Application) adalah rangkaian acara yang diselenggarakan oleh FULDFK (lembaga dakwah fakultas kedokteran se-Indonesia). Awalnya kukira ini acara tahunan FSKI UNAND aja, ternyata ga…(ANTIBIOTIC 7 Insya Allah akan diselenggarakan di Malang, dengan UNIBRAW sebagai tuan rumahnya, sementara ANTIBIOTIC 5 diselenggarakan oleh UNISBA)


Dengan insert yang lumayan, mahasiswa hanya perlu membayar Rp 120.000,00 untuk early registration, dan Rp 150.000,00 untuk late registration (aku masuk yang ini), menurutku sama sekali ga rugi ikut acara seperti ini, karena bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang dunia kedokteran Islam.


Acaranya bertempat di gedung H. Kaharuddin Dt. Rangkayo Basa (gedung pertemuan kapolda (?) kalau ga salah), tepat di depan Hotel Pangeran Beach, dan dilaksanakan selama 2 hari, 9-10 Oktober 2010. Selama 2 hari mengikuti acara, alhamdulillah cuacanya cerah, jadi ga perlu pulang dengan baju yang basah kena comberan..heheuu.


Hari pertama aku telat karena masih meraba-raba lokasi, jadi aku naik angkot biru muda (jurusan siteba) ke kantor pos. Dari kantor pos nyambung naik bus kota, berhenti di kantor DPRD, lalu naik angkot tabiang menuju lokasi. Sesampainya di sana, aku langsung registrasi ulang dengan menunjukkan tiket seminar dan panitia langsung ngasih seminar kit. Mereka dengan ramah juga menunjukkan ruangan tempat acara berlangsung. Pas sampai di ruangan seminar, aku langsung mencari tempat duduk. Acara belum dimulai sih, masih kata sambutan dari dekan FK UNAND. Acaranya unik juga, awalnya kukira acaranya resmi banget, ternyata dibawakan dengan suasana yang santai. MC-nya pake baju adat pula…wuoh, keren! Tapi hal ini justru menjadi bahan kritikan dekan, kata beliau, kalau acara resmi seperti ini, sebaiknya menggunakan pakaian resmi (kayak kemeja, celana dasar, dasi, jas, plus sepatu pantofel kalau perlu).


Lalala..ga masalah kok, kita kan harus bangga dengan kebudayaan sendiri..ya ga, ya ga? Hohoho


Setelah itu, ada kata sambutan dari gubernur Sumbar, diwakili oleh kepala dinas kesehatan Sumbar. Jadi kadinkes menyampaikan kata sambutan singkat, trus beliau membacakan kata sambutan dari Pak Gubernur. Peresmian dilakukan dengan mengucapkan basmallah dan ditutup dengan pemukulan gong. Sayangnya, bunyi gong-nya ga kedengaran dari tempat dudukku.


Hari pertama ada 3 materi. Materi pertama, Implementation of Syari’ah and Islamic Practice, dibawakan oleh dr. Ishak Mas’ud dari Malaysia. Beliau adalah ketua perhimpunan RSI sedunia (Subhanallah...hebat!). Trus ada miskomunikasi di awal acara, pemateri maunya berdiri di depan peserta, trus beliau menjelaskan sambil melihat ke slide yang terpampang di layar. Jadinya, beberapa menit pertama dihabiskan dengan mengatur posisi layar, lumayan membosankan sih. Tapi materinya seru. Beliau bercerita tentang pengalamannya selama bekerja di RS Al-Islam di Malaysia. Menurutku, RSI itu sangat peduli dengan kebutuhan pasien, bukan kebutuhan jasmani saja, melainkan kebutuhan rohani dan fasilitas beribadah juga disediakan. Beliau bilang, begitu pasien masuk, perlengkapan shalat, Al-Qur’an, trus petunjuk ibadah buat pesakit (=pasien) langsung disediakan. Mereka juga menyediakan botol spray untuk berwudhu’ dan debu tayammum.


Emang miris ya, RS yang berani menantang arus kayak gini kadang harus meminjam sejumlah uang ke bank untuk menanggulangi pengobatan pasien yang kurang mampu. Mungkin sebaiknya RS seperti ini disubsidi penuh oleh pemerintah. Dan semoga generasi pelajar kesehatan sekarang mampu menciptakan RSI yang seperti ini, bahkan kalau perlu jauh lebih bagus. Amin..


Materi kedua, Dokter, Jendela Dakwah Profesi, disampaikan oleh dr. Basuki Supartono, Sp. OT-FICS. Beliau menjabat sebagai ketua BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia). Bagian yang paling berkesan di sini adalah ketika beliau menegaskan bahwa dokter yang sempurna bukanlah dokter yang hanya mengobati jasmani si pasien, melainkan dokter yang mengobati jasmani dan rohani pasien. Seperti yang kita tahu, banyak penyakit jasmani yang bersumber dari penyakit rohani.


Kayaknya peepatah men sana in corpore sano (di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat) udah ga tepat lagi. Harusnya jiwa yang sehat menciptakan tubuh yang sehat..


Materi ketiga, Natural Healing with Herbal Medicine, disampaikan oleh dr. Muhammad Ali Toha Assegaf. Di sesi ini, baru aku lumayan nyambung sama materinya, secara di farmasi aku juga belajar tentang tumbuhan obat. Beliau menjelaskan bahwa sebenarnya Allah menciptakan seisi alam ini dengan keseimbangan. Bahkan obat-obat tertentu lebih baik dikonsumsi dalam bentuk herbal, karena di dalam herbal terdapat komponen yang dapat mengobati penyakit, juga komponen yang dapat menetralkan racun dan efek samping dari komponen utama. Subhanallah…


Oya, info penting buat sobat sekalian, kalau merebus bahan tumbuhan sebaiknya di pot keramik, tanah liat, atau panci email. Jangan merebus di dalam panci logam, karena logam dapat bereaksi dengan bahan yang kita rebus.


Sayangnya, pengobatan herbal masih belum mendapatkan tempat yang sejajar dengan obat berbahan kimia. Mungkin karena obat kimia lebih mudah didapat kali ya.


Beliau juga menegaskan bahwa tidak semua penyakit harus ditangani dengan obat herbal. Ada saatnya juga kita menggunakan obat kimia dan terapi lain, misalnya dalam kondisi darurat.


Materi keempat, disampaikan oleh dr. Ahmet Oktar Babuna, salah satu anggota tim Harun Yahya. Via teleconference lho...hehehe. Walaupun butuh waktu 1 jam untuk menstabilkan koneksi internet, ke belakangnya bisa dilalui dengan lancar. Beliau menjelaskan materi yang bertema evolusi dan stem cell dengan bahasa Inggris..(ya iyalahh). Sayangnya, diskusi harus diakhiri sesegera mungkin karena sudah hampir maghrib. Beda dengan di Turki yang selisih waktunya 5 jam dengan WIB.


Hari kedua, pembukaan seperti biasa. Tapi karena aku datang lebih awal, aku sempat melihat delegasi dari universitas lain yang asik berfoto-foto...(duh, jadi pengenn). Acara dibuka dengan suasana yang jauh lebih santai. MC nya ga pakai pakaian adat lagi, mereka menggunakan baju khusus panitia.


Materi kelima, Hypnotherapy, dibawakan oleh dr. Hasto Hartono. Ini materi yang paling seru karena ada simulasinya juga. Secara, dunia hipnosis lumayan dekat dengan keseharian kita, juga ilmu yang lumayan kontroversial.


Pas simulasi, kami harus mencari pasangan untuk melakukan hipnosis. Aku langsung aja menggaet (?) anak FK 2010 yang duduk di sebelahku. Berhubung dia dapat script yang ga lengkap, jadinya aku yang menghipnosis, sedangkan dia jadi ’korban’nya..hohohoho. Ternyata hipnosis ga sesulit yang kita kira, cukup bikin dia serileks mungkin, sampai kita bisa menembus alam bawah sadar dia, dan tinggal kasih sugesti. Yah, walaupun sugesti yang kukasih gagal, dia ga bangun dalam keadaan segar alias masih ngantuk...(maklum, masih pemula..hhe)


Katanya sih, orang yang biasa berimajinasi, orang yang biasa berkonsentrasi, dan orang yang biasa beribadah dalam keadaan khusyu’ akan lebih gampang dihipnosis. Mungkin karena otak mereka mudah mencapai gelombang alfa...(mungkin...ini kan cuma alasan hasil rekaan saya).


Materi ketujuh (terakhir) : Persepsi Euthanasia dan Transplantasi Menurut Islam, dibawakan oleh dr. Pukovisa Prawiroharjo dan salah satu anggota MUI Sumbar (aku lupa namanya). Tapi pas materi ini aku ga terlalu fokus, mata rasanya ngantuuuukk banget. Sempat nyatet sih, tapi ga bisa diandalkan tuh kayaknya, tulisan udah kayak cakar ayam mau terbang (nah lho?)


Dan setelah penutupan singkat (cailahhh), acara ANTIBIOTIC 6 berakhir. Trus ada acara serah terima ANTIBIOTIC ke salah satu delegasi UNIBRAW.


Trus ada momen mengharukannya gitu. Salah satu MC minta maaf kalau udah bikin salah selama acara dan dia kayaknya sedih banget karena udah mau pisah. (Aduh, harusnya aku yang minta maaf karena udah ngatain dia MC gelo dan sarap bin narsis). Trus pas temennya ngomong, dia balik badan dan ngelapin air matanya...


Uhhh..mungkin inilah persaudaraan yang sebenarnya ya, walaupun ga kenal sama sekali, tapi dengan ikatan aqidah, rasanya jauh lebih dekat daripada keluarga sendiri.


Oya, hampir lupa, aku dan adikku juga beli buku di bazaar yang dibuka panitia. Judulnya Negeri Oranje, tentang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Belanda. Harganya Rp 49.000,00 rupiah dan bagus banget. Insya Allah bakal aku review di sini (kalau adikku udah selesai baca bukunya)


Aduh, udah pegel nih tangan, maaf ya kalau postingan kali ini ga banget dan ga ada gambarnya. Pengen sih mengabadikan lokasi acara, tapi sarana ga memungkinkan. Ya sudahlah...


0 comments:

Post a Comment